BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di hampir semua perusahaan/instansi pemerintahan yang ada, pegawai merupakan asset penting yang wajib mereka jaga. Oleh karena itu bagi perusahaan yang khususnya bergerak dibidang jasa pelayanan yang mengandalkan tingkat kinerja pegawai di perusahaannya, maka perusahaan tersebut dituntut untuk mampu mengoptimalkan kinerja pegawainya. Salah satu pendekatan dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai tersebut dapat dilakukan melalui praktek kepemimpinan atau gaya kepemimpinan yang handal dan motivasi berprestasi yang tinggi dan terarah.
Suatu organisasi haruslah kuat dan permanent,sehingga mendukung tujuan organisasi secara efektif dan efesien. Untuk itu meningkatkan efektif dan efesien tersebut,maka perlu diadakan peningkatan penilaian serta pengembangan sumber daya manusia yang dalam hal ini adalah pegawai. Hal tersebut dianggap penting karena keberhasilan suatu perusahan/ instansi dalam mencapai tujuan tertentu oleh kualitas dan kemampuan organisasi yang berada di dalamnya.
Sehubungan dengan itu,Wursanto (1985:37)menyebutkan bahwa “unsure pokok dalam sebuah organisasi perusahn /perintah adalah manusia yang berkerja dan mengabdikan dirinya dalam organisasi” usulan untuk mencapai tujuan organisasi menuntuk suatu sumbangan ,baik tenga maupun pikiran semaksimal mungkin sesuai dengan batas-batas kemampuannya. Agar mereka mampu mengembangkan tenaga dan pikirannya semaksimal mungkin, demi tercapainya tujuan organisasi,maka diperlukan pegawai yang profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil melaui pembinaan yang di laksanaka berdasarakn sistem prestosi kerja dan sistem karier yang di titik beratkan pada sistem prestasi kerja.
Untuk mencapai tujuan ideal Negara melalaui pegawai yang demikian itu , maka pemerintah menerbitkan peraturan Perundang-Undang yang mengatur kedudukan,kewajiban ,hak dan pembinaan pegawai berupa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 yang kemudian di perbaharui melalui Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok kepegawaian yang titik beratnya diarahkan pada prestasi kerja.
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para pengikutnya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan gaya kepemimpinan. Kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan, kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri.
Kurang adanya peranan kepemimpinan dalam menciptakan komunikasi yang harmonis serta memberikan pembinaan pegawai, akan menyebabkan tingkat kinerja pegawai rendah. Demikian halnya dengan kurangnya motivasi pegawai seperti tidak disiplin masuk kerja, malas-malasan dalam bekerja akan menyebabkan kinerja pegawai rendah. Hal ini terlihat pada pdam atau yang lebih dikenal dengan nama PDAM yang terletak di kota malang bahwa tingkat kinerja belum optimal dikarenakan dalam praktek dilapangan pihak PDAM kurang memberikan komunikasi yang harmonis di antara pimpinan dengan bawahan, serta kurangnya motivasi yang diberikan yang menyebabkan semangat pegawai rendah dan berakibat menurunkan kinerja pegawai. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penulisan dengan judul “ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PDAM KOTA MALANG”
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut diatas ,menunjukan bahwa keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan tugas koperasi adalah salah satunya di tentukan oleh bagaimana peranan seorang pimpinan dalam meningkatkan kenerja pegawai. Dengan kata lain dapat dikemukankan bahwa peran pemimpin dalam meningkatkan kerja pegawai akan membawa keberhasilan pencapaian tujuan organisasi, khusunya organisasi pemerintah.
Bertolak dari pandangan diatas bahwa peran seorang pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai mempunyai peran yang sangat besar dalam mencapai tujuan pemerintah atau perusahan ,maka dalam penelitian ini perumusan masalahnya adalah “ peran apa yang dilakukan seorang pemimpin dalam meninkatkan kinerja pegawai
1.3 Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah hanya pada pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai PDAM kota Malang.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan yang diberikan terhadap kinerja pegawai PDAM .
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi kerja yang diberikan terhadap kinerja pegawai.
3. Untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai.
1.5 Manfaat Penelitian
Sedangkan manfat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Akademis
Dapat memberikan pengetahuan mengenai gaya kepemimpinan dan motivasi sehingga dapat berguna di masa yang akan datang.
2. Bagi Praktisi
Dapat mengetahui mengenai pengaruh antara gaya kepemimpinan dan motivasi kerja yang diberikan dengan kinerja pegawai.
3.sebagai bahan referensi untuk para peneliti yang berminat meneliti pemasalahan dalam meningkatkan kinerja pegawai.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kepemimpinan
”Kepemimpinan menurut Ralph M. Stogdill (Wahjosumidjo 1994:23) didefinisikan sebagai sarana pencapaian tujuan yang dimaksudkan dalam hubungan ini pemimpin merupakan seseorang yang memiliki suatu program dan yang berperilaku secera bersama-sama dengan anggota-anggota kelompok dengan mempergunakan cara atau gaya tertentu, sehingga kepemimpinan mempunyai peranan sebagai kekuatan dinamik yang mendorong, memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan”
2.2 Gaya Kepemimpinan
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para pengikutnya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya yang dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau kepribadian. House dan Mitchel (Sutarto 1995:131) disamping mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan, yaitu faktor pribadi bawahan dan faktor lingkungan kerja, kedua orang tersebut membedakan adanya empat gaya kepemimpinan, yaitu:
1. Pemimpin Pengarah (Leader Directiveness)
2. Pemimpin Pendukung (Leader Supportiveness)
3. Pemimpin Peranserta (Participative Leadership)
4. Kepemimpinan Berorientasi Prestasi (Achievement-Oriented Leadership)
2.3 Motivasi
”Motivasi menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2008:219) adalah pemberian daya gerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan”
Teori Hirarki menurut A.H. Maslow (Ulber Silalahi 2002:345) menunjukan adanya lima tingkatan keinginan dan kebutuhan manusia. Kebutuhan tersebut adalah :
1. Kebutuhan fisiologis ( physiological needs )
2. Kebutuhan keamanan (safety needs)
3. Kebutuhan social ( social needs )
4. Kebutuhan penghargaan ( esteem needs )
5. Kebutuhan aktualisasi (Self actualization needs )
2.4 Kinerja
Kinerja menurut Boediharjo (2002:102) dapat diukur berdasarkan empat indikator yaitu
1. Efektif dan efisien
2. Otoritas dan tanggung jawab
3. Disiplin
4. Inisiatif
2.5.Kerangka Pemikiran
- Pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1) dengan Kinerja Pegawai (Y) Kepemimpinan itu adalah usaha suatu program pada saat terjadinya interaksi melalui komunikasi dengan gaya tertentu yang memotivasi seseorang atau kelompok dengaan pengaruh yang tidak memaksa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, serta sesuai dengan moral maupun etika. Kepemimpinan itu ditentukan dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin itu sendiri, jika gaya kepemimpinan yang diberikan baik dan dapat memberikan arahan kepada bawahan dengan baik maka kinerja pegawai akan meningkat sesuai dengan gaya kepemimpinan yang diberikan.
- Pengaruh Motivasi Kerja (X2) dengan Kinerja Pegawai (Y) Motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Untuk dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas dan berkuantitas maka seorang pegawai membutuhkan motivasi kerja dalam dirinya yang akan berpengaruh terhadap semangat kerjanya sehingga meningkatkan kinerjanya.
- Pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1) dan Motivasi Kerja (X2) secara bersama-sama dengan Kinerja Pegawai (Y)
Gaya kepemimpinan ditentukan oleh pemimpin itu sendiri, sehingga jika gaya kepemimpinan yang diterapkan baik dan dapat memberikan arahan yang baik kepada bawahan, maka akan timbul kepercayaan dan menciptakan motivasi kerja dalam diri pegawai, sehingga semangat kerja pegawai meningkat yang juga mempengaruhi kinerja pegawai kearah yang lebih baik.
Keterkaitan antar variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 Keterkaitan antar variabel
2.6. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat pengaruh antara Gaya Kepemimpinan (X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y)
2. Terdapat pengaruh antara Motivasi Kerja (X2) terhadap Kinerja Pegawai (Y)
3.Terdapat pengaruh antara Gaya Kepemimpinan (X1) dan Motivasi Kerja (X2) terhadap Kinerja Pegawai (Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitia
Penelitian ini dapat dinyatakan sebagai aktivitas dan metode berpikir yang dilakuakn secara sengaja dan bertujuan . oleh karena itu maka penelitian ini harus dilakukan secra terencana dan sistemantis sehigga dapat menjawab atas perumusan yang sedang diteliti,sehingga suatu metode dipilih dengan memperhatikan kesesuaian dengan objek studi,atau dengan kata lain dalam suatu penelitian sangat di perlukan metode yang sesuai dengan pokok permasalahan dan tujuan penelitian dengan maksud agar diperoleh data yang relvaan dengan permasalahan penelitian
3.2 Data dan Variabel yang digunakan
1. Variabel Gaya Kepemimpinan
a. Definisi Konseptual yaitu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya.
b. Definisi Operasional yaitu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya yang diukur dengan orientasi direktif, orientasi supportive, orientasi partisipatif.
c. Indikator Penelitian dengan memperhatikan definisi konseptual dan definisi operasional, maka disusun indikator variabel gaya kepemimpinan adalah:
��Orientasi direktif
��Orientasi supportive
��Orientasi partisipatif
��Orientasi prestasi
2. Variabel Motivasi
a. Definisi Konseptual yaitu dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya.
b. Definisi Operasional yaitu dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya yang diukur dengan kebutuhan fisik, kebutuhan keselamatan, kebutuhan berkelompok, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
c. Indikator Penelitian dengan memperhatikan definisi konseptual dan definisi operasional, maka disusun indikator variabel motivasi adalah:
��Kebutuhan fisik
��Kebutuhan keselamatan
��Kebutuhan berkelompok
��Kebutuhan akan penghargaan
��Kebutuhan aktualisasi diri
3. Variabel Kinerja Pegawai
a. Definisi Konseptual yaitu hasil yang dicapai oleh pegawai dalam menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien.
b. Definisi operasional yaitu hasil yang dicapai oleh pegawai dalam menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien yang diukur dengan efisien dan efektivitas, otoritas daan tanggung jawab, disiplin dan inisiatif.
c. Indikator penelitian dengan memperhatikan definisi konseptual dan definisi operasional, maka disusun indikator variabel kinerja pegawai adalah:
��Efektivitas dan efisiensi
��Orientasi dan tanggung jawab
��Disiplin
��Inisiatif
3.3 Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Observasi
Melakukan pengamatan langsung dan melakukan pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner kepada pegawai koperasi
b. Wawancara
Memberikan pertanyaan kepada pimpinan perusahaan dan karyawan dalam rangka memperkuat data yang sudah dikumpulkan.
2. Data Sekunder
Melakukan studi pustaka dengan membaca seperti referensi, surat kabar, majalah serta buku catatan selama perkuliahan dan lain-lainnya yang berhubungan dengan penulisan ini. Sedangkan pengolahan data menggunakan SPSS (Sould Product Solutions Statistic) 14 untuk mempermudah penghitungan dan pengujian hipotesis penelitian.
3.4 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
3.4.1 Kalibrasi Instrumen Penelitian
Dilakukan untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrument, dimana pengujian validitas ini untuk memastikan bahwa peneliti telah mengukur apa yang seharusnya diukur (Kuntjoro, 2003:150). Analisis terhadap validitas menggunakan model koefisien korelasi product moment (r). Sedangkan pengujian reliabilitas yang menggunakan rumus koefisien Alpha atau Alpa Cronbach dilakukan untuk mengukur sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya atau handal (Djaali, Pudjiono, Ramly; 200:81).
3.4.2 Uji Hipotesis dengan Analisis Regresi dan Korelasi
Dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh dan hubungan kedua variabel bebas terhadap variabel terikat, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama. Kriteria hubungan sebagai pedoman umum yang digunakan adalah
Tabel 1
Keriteria Hubungan
- KeriteriaKriteria Hubungan0Tidak ada korelasi0-0,20Korelasi sangat lemah0,21-0,40Korelasi lemah0,41-0,70Korelasi kuat0,71-0,90Korelasi sangat kuat0,91-0,99Korelasi sangat kuat sekali1Korelasi sempurna
Sumber : Peramalan Bisnis (Sugiarto dan Harijono, 2000:92)
3.4.3 Pengujian Keterikatan Regresi
Dilakukan dengan uji F, yaitu untuk mengetahui bagaimana variabel bebas yang digunakan secara bersamaan mampu menjelaskan variabel terikat. Apabila hasil yang diperoleh Fhitung > Ftabel dan signifikansi <0,05 maka artinya mempunyai keterikatan.
3.4.4 Pengujian Signifikansi
Dilakukan dengan Uji t, yaitu untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada taraf nyata sebesar 5% dan derajat kebebasan (df) N-2, setelah dibandingkan kemudian diambil keputusan dengan kaidah: jika nilai thitung > ttabel maka dinyatakan ada pengaruh, tetapi jika thitung < ttabel maka dinyatakan tidak ada pengaruh.
3.4.5 Pengujian Statistik Regresi
Dilakukan dengan penghitungan Koefisien Determinasi (r²) yaitu untuk melihat pengaruh variabel yang diteliti. Apabila didapat hasil mendekati angka 1, artinya menunjukkan model regresi sangat kuat dalam menerangkan keragamn variasi variabel terikatnya. Tetapi
apabila hasilnya mendekati 0 artinya semankin lemah variabel bebasnya dalam menerangkan variabel terikatnya.
by.paulus yumte.putra susay and maybrat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar